Minggu, 28 Oktober 2007

artikel



AVRIL LAVIGNE : 'UNDER MY SKIN' Lebih Memuaskan dan FormulatifAveril Lavigne meniti kariernya di dunia pop dengan prinsip menolak berpenampilan tidak senonoh. Dia tidak mengenakan pakain ketat, tidak juga dengan tarian yang sensasional, tidak dengan petualangan yang menggemparkan, tidak berkolaburasi dengan hip-hop, tidak dengan lirik yang provokatif. Dia memang penuh pertentangan tetapi sekaligus juga memberi contoh pada teman-teman sebayanya. Dia menebarkan pesan 'Just Say No' yang memberikan intrik pada jutaan anak-anak untuk menenangkan hati orang tua mereka.
Tetapi Avril Lavigne mungkin adalah tipe sosok remaja yang sulit ditebak sepanjang waktu. Sejak dua tahun lalu dia tampil dengan ciri khas yang melekat padanya, penuh kemarahan dan kelaparan. Rupanya dia tak ingin mengubah ciri khas-nya itu. Bahkan sekarang setelah serangkaian sorotan media untuk kesusksesannya yang ekstravaganza didebutnya pada album Let Go tidak dapat mengubah kenyataan bahwa Lavigne dengan usianya yang masih sembilan belas tahun adalah seorang gadis yang masih polos.
Kepolosanya itulah yang membuat lagu-lagunya menjadi sangat tak tertahankan. Tak perduli lagu yang dinyanyikannya berirama punk ataupun balada yang cengeng dia bernyanyi dengan sepenuh hati : kita dapat mendengar apapun yang ingin kita dengar. Musiknya menjengkelkan dan sekaligus juga mengagumkan susah untuk dikategorikan, lagu hitnya I'm With You hampir terasa seperti alunan musik country, samar-samar terdengar seperti melodi metal baru dan sebuah paduan yang berbeda dari American Idol, walaupun tak ada kontestan yang memiliki cukup sensasi untuk menyanyikannya dengan sederhana.
Untuk album terbarunya ini , Under My Skin, Lavigne berpisah dengan Matrix, tim yang banyak menulis lagu untuk Let Go. Bekerjasama dengan para crew yang tak biasanya, gitaris-nya Evan Taubenfeld dan penyanyi sekaligus penulis lagu asal Kanada Chantal Kreviazuk. Dengan merekalah akhirnya tercipta sebuah album yang lebih memuaskan dan lebih formulatif. Dalam Skin ini Lavigne tidak memasukan ide-ide baru, sebaliknya dia mengulang lagi dari yang lama.
Lagu single nya yang berjudul Dont Tell Me mungkin belum menunjukan sebagai ciri khas Avril-nya, bercerita tentang sebuah kemarahan untuk menghentikan rayuan seorang pria. Dengan suara gitar yang mengiringinya dia bertanya 'Did I not tell you that I'm not like that girl/Did you think that I was going to give it up to you?' Kalimat dalam lagu itu mungkin bermaksud menyiksa tetapi dinyanyikan dengan baik oleh penyanyinya menunjukan : rasa malu yang pada tempatnya, membela diri dengan penuh percaya diri dari orang yang bermaksud tak benar.
Di albumnya kali ini tak ada tembang seperti Nobody's Fool, sebuah eksperimen hip-hop dari album Let Go. Tidak ada perubahan dari album-album sebelumnya dengan penyusunan kata-katanya sendiri, dimana suara konsonannya seperti hilang tertelan dan suara vocal- nya terdengar dengan jelas, membuat tembang-tembang yang dilantunkanya terdengar berbeda bagi kita. Semua yang di lantunkan oleh Lavigne dalam kata dan nada-nya membuat tembangnya terdengar indah.
Beberapa lagu balada lebih banyak terdengar samar, dan mimik Lavigne yang tidak berubah tidak banyak membantu. Dalam tembang How Does it Feel dia mempertanyakan dengan berulang-ulang : 'How does it feel to be/Different from me?' dari syairnya kita dapat merasakan bahwa dia tak membutuhkan sebuah jawaban. Tetap saja, tak seorangpun dapat menyulap seorang remaja lugu seperti Avril Lavigne.
Dalam beberapa liriknya seperti dipenuhi rasa muak dan mengasihani diri sendiri, tetapi bagaimanapun juga dia menyanyikan lagu-lagunya dengan cara yang cuek. (erlin)

Tidak ada komentar: